16 Juni 2012

gerhana bulan

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KajVRWWNUYkJnUmM/edit

hukum kepler

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KRXh2SmQzV2FYUDQ/edit

bulan

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KMGRnU3ZrY1RMTFU/edit

Susunan Tata surya

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KQktWUWhaMEktcnc/edit

Waktu dan Sistem penanggalan

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KQktWUWhaMEktcnc/edit

Gaya gravitasi

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KWkFKOEZCeGRIRG8/edit

Atmosfer

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KbDVMQU42YktiV3M/edit

Gerak bumi

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KbXEzMG5WTG5uMkE/edit

Gunung merapi

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KTjctUEdqWGs0ZU0/edit

Pembangkit listrik mikrohidro

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KRmZWQ2lpNWNWZGs/edit

benda - benda langit

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KWEVwMXE1UTZEUlE/edit

Penangan bahan pangan

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KX0g0dlo3OFhnWjg/edit

Oranisasi kehidupan dan komponen penyusun ekosistem

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KSFphaW5XN21OTUE/edit?pli=1

15 Juni 2012

golongan unsur 3A

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KVWJoRS1Td3pmX3M/edit

golongan 5A

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KVEkzMmdjOHF3dkU/edit

golongan 8A

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KOUJyR0x1RlRTbVk/edit

halogen

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KLTg1SG12U2xxYk0/edit

Golongan unsur 1A

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KRjM0TDhrLU9Dc1k/edit

Golongan unsur 2A

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KbXc4R3hwZHRMLVU/edit

pencemaran air

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KYjAzSHR6Z0tuOEk/edit

sistem pencernaan

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KaE9FRFA3R3FvN0E/edit

sistem saraf

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KcW93THExakk0dUE/edit

karbohidrat

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KUXV5eVZYWHV5cms/edit

Metode induktif -deduktif

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KaGtKQmhxakxXOWM/edit

Mitosis dan Meiosis

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KMzA5Ym13RWFsRmM/edit

Arachida

https://docs.google.com/file/d/0B7Z8BnNhh-8KVEtLX3ZpeUpJS1k/edit?pli=1

13 Juni 2012

PROSES GEOLOGI, EROSI DAN PELAPUKAN

A.    Geologi

            Gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun (konstruktif) maupun merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi endogen atau berasal dari luar bumi eksogen .
            Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat. Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses:
A. Orogenesa (Orogenesis)
Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan.
B. Vulkanisma (Volcanism)
Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh gunungapi.
C. Tektonika (Tectonic)
Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dll.
Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari luar bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Gaya ini mengakibatkan perusakan/perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya. Gaya yang bekerja sebagai berikut:
1.    Gaya Angin (Wind Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.
2.       Gaya Air (Water Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air.
3.       Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.
4.       Erosi (Erosion)
Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian tanah/batuan.
5.       Abrasi (Abration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat.
6.       Exarasi (Exaration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial.
7.       Denudasi (Denudation)
Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan).
A.    Erosi
            Dalam istilah geologi, erosi adalah peristiwa pengangkatan dan pemindahan secara fisik partikel batuan, kotoran, pasir, dan bahan alam lainnya oleh sumber-sumber pencetusnya seperti sungai atau gletser.
            Erosi dapat terjadi secara fisik atau mekanis (misalnya, oleh angin, gelombang dan arus, air yang mengalir seperti curah hujan, atau es glasial yang bergerak), atau dapat pula terjadi secara kimia, ketika partikel bergerak dalam larutan cair yang melarutkan batuan dan mineral.
            Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut bisa berupa angin, air maupun gletser atau es yang mencair. Erosi bisa terjadi di darat maupun di Pantai.
            Erosi terjadi pada tingkat yang sangat beragam dan tergantung pada banyak variabel. Sebagai contoh, erosi yang terjadi pada batuan yang lebih keras atau lebih tahan erosi seperti granit akan menghasilkan lebih sedikit endapan dibandingkan dengan erosi yang terjadi pada batuan yang lebih lunak seperti batulanau untuk periode waktu paparan yang sama. Erosi juga bergantung pada kondisi cuaca dan kondisi lingkungan sekitar. Gelombang yang menghantam singkapan batupasir akan menggerus partikel lebih cepat dibandingkan dengan aliran air sungai dengan kecepatan sedang yang menggerus batuan yang sama.
            Erosi sering disebut juga pengikisan. Erosi adalah proses pengikisan terhadap batuan yang dilakukan oleh air, angin, atau gletser. Air hujan bisa mengikis permukaan tanah terutama yang gundul. Tanah itu bersama air mengalir ke sungai. Air sungai juga dapat mengikis tepi atau bagian dasar sungai. Akibat pengikisan pada tepi sungai menyebabkan sungai menjadi berkelok-kelok dan melebar. Sedangkan pengikisan ke dasar sungai bisa menyebabkan sungai bertambah dalam. Air laut juga bisa menyebabkan erosi. Apabila Anda perhatikan di sekitar pantai, ombak atau gelombang laut selalu menerjang tepi pantai, mengikis sedikit demi sedikit tepi pantai. Pengikisan batuan oleh air laut itu disebut abrasi. Jika air atau gelombang yang mengikis batuan itu membawa material pasir atau batu kecil, maka tenaga pengikisannya akan bertambah kuat.
            Angin bisa menyebabkan terkikisnya batuan. Angin dengan hembusannya disertai dengan material yang diangkutnya di daerah gurun menabrak gunung-gunung batu, sehingga bisa berubah menjadi patung-patung alam. Pengikisan batuan oleh angin ini disebut korasi.
            Jadi Erosi merupakan peristiwa alam yang terjadi di permukaan bumi. Penyebab terjadinya erosi ada beberapa hal antara lain karena gerakan angin, dan gerakan air. Jika tidak dicegah erosi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi.
            Gletser adalah es yang mengalir secara lambat. Gletser ini juga bisa menjadi pengikisan. Gletser dengan kemampuan mengikisnya (erosi glacial) dapat merubah palung sungai berbentuk V menjadi berbentuk U.
Sedimentasi
            Sedimentasi merupakan batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar.
            Sedimentasi itu sendiri adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air tadi. Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut.
            Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual.
            Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.
            Bagaimana pengendapan terjadi di darat? Misalnya guguk pasir di pantai berasal dari pasir yang terangkat ke udara pada waktu ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup angin laut ke arah darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya, guguk pasir sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai Parang Tritis Yogyakarta.
            Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marin.
             
Faktor Penyebab Terjadinya erosi
            Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan ( presipitasi ), rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.
Dampak dari erosi
             menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
            Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
            Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
            Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. SEdimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfir terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
            Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
            Secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi
Cara menanggulangin Erosi diantaranya;
1.      Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir pantai, maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau (mangrove). Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir pantai adalah pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa. Contohnya ; akar pohon bakau atau api-api yang malang melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.
Gambar erosi bibir pantai
 
1.      Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis.
Lahan-lahan yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti dan lain-lain.
 Untuk daerah-daerah yang miring, pengolahan lahan dilakukan dengan sistem sengkedan atau terassering. Pada setiap pematang yang ada di sawah sengkedan usahakan ditanami tanam-tanaman keras seperti pohon kelapa, turi, munggur dan lain-lain. Jenis tanaman keras seperti pohon kelapa disamping dapat dimanfaatkan kayu, buah dan daunnya; akar-akarnya juga berfungsi untuk menahan pematang dari bahaya longsor.
Gambar lahan-lahan kritis.

     1. Menanami dengan tanaman penutup pada bukit-bukit yang gundul.
      2. Pada tebing-lebing yang miring atau curam ditanami dengan tanam-tanaman keras.
   3.   Menghutankan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan tanam-tanaman keras.
  4.     Pengolahan lahan pertanian di lereng-lereng gunung dan daerah-daerah miring dilakukan sccaia sengkedan
   5.    Menghutankan daerah pantai dengan tanaman bakau atau api-api.
  6.  Membangun bangunan-bangunan pemecah ombak pada pantai-pantai yang bertebing curam.

C. Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.



1.      Pelapukan Mekanis
            Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisik adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
  1. Akibat pemuaian
    Tahukah Anda bahwa batuan ternyata tidak homogen, terdiri dari berbagai mineral, dan mempunyai koefisien pemuaian yang berlainan. Oleh karena itu dalam sebuah batu pemuaiannya akan berbeda, bisa cepat atau lambat. Pemanasan matahari akan terjadi peretakan batuan sebagai akibat perbedaan kecepatan dan koefisien pemuaian tersebut.
  2. Akibat pembekuan air
    Batuan bisa pecah/hancur akibat pembekuan air yang terdapat di dalam batuan. Misalnya di daerah sedang atau daerah batas salju, pada musim panas, air bisa masuk ke pori-pori batuan. Pada musim dingin atau malam hari air di pori-pori batuan itu menjadi es. Karena menjadi es, volume menjadi besar, akibatnya batuan menjadi pecah.
  3. Akibat perubahan suhu tiba-tiba
    Kondisi ini biasanya terjadi di daerah gurun. Ketika ada hujan di siang hari menyebabkan suhu batuan mengalami penurunan dengan tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan hancurnya batuan.
  4. Perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam
    Penghancuran batuan terjadi akibat perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Pada siang hari suhu sangat panas sehingga batuan mengembang. Sedangkan pada malam hari temperatur turun sangat rendah (dingin). Penurunan temperatur yang sangat cepat itu menyebabkan batuan menjadi retak-retak dan akhirnya pecah, dan akhirnya hancur berkeping-keping. Pelapukan seperti ini Anda bisa perhatikan di daerah gurun. Di daerah Timur Tengah (Arab) temperatur siang hari bisa mencapai 60 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari turun drastis dan bisa mencapai 2 derajat Celcius. Atau pada saat turun hujan, terjadi penurunan suhu, yang menyebabkan batuan menjadi pecah.
2.      Pelapukan Kimiawi
            Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.
            Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
  1. Karren
    Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang disebut karren.
  2. Ponor
    Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur yang relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dolin dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti corong. Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi karena runtuhnyaatap . 
    gua kapur (perhatikan gambar)