Goooo internasional !!!!!!!! bersama aku anak purwodadi, serta jagalah lingkungan sekitar kita
16 Juni 2012
15 Juni 2012
13 Juni 2012
PROSES GEOLOGI, EROSI DAN PELAPUKAN
A. Geologi
Gaya-gaya
yang bekerja mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun
(konstruktif) maupun merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal
dari dalam bumi endogen atau berasal dari luar bumi eksogen .
Gaya
Endogen (Endogene Forces)
adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam bumi yang
berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat. Gaya ini
mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses:
A. Orogenesa
(Orogenesis)
Proses
pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan
(horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan
maupun pegunungan patahan.
B.
Vulkanisma (Volcanism)
Proses
penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke
permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi
sehingga terbentuk tubuh gunungapi.
C. Tektonika (Tectonic)
Proses
pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak samudera) berupa
tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan
terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami,
dll.
Gaya
Eksogen (Exogene Forces)
adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari luar bumi sebagai
akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Gaya ini mengakibatkan
perusakan/perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor
dan sebagainya. Gaya yang bekerja sebagai berikut:
1.
Gaya
Angin (Wind Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.
2.
Gaya Air (Water Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air.
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air.
3.
Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.
4.
Erosi (Erosion)
Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian tanah/batuan.
Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian tanah/batuan.
5.
Abrasi (Abration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat.
Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat.
6.
Exarasi (Exaration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial.
Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial.
7.
Denudasi (Denudation)
Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan).
Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan).
A.
Erosi
Dalam istilah geologi, erosi adalah
peristiwa pengangkatan dan pemindahan secara fisik partikel batuan, kotoran,
pasir, dan bahan alam lainnya oleh sumber-sumber pencetusnya seperti sungai
atau gletser.
Erosi dapat
terjadi secara fisik atau mekanis (misalnya, oleh angin, gelombang dan arus,
air yang mengalir seperti curah hujan, atau es glasial yang bergerak), atau
dapat pula terjadi secara kimia, ketika partikel bergerak dalam larutan cair
yang melarutkan batuan dan mineral.
Erosi adalah proses berpindahnya massa
batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang
bergerak di muka muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut bisa berupa angin, air
maupun gletser atau es yang mencair. Erosi bisa terjadi di darat maupun
di Pantai.
Erosi terjadi
pada tingkat yang sangat beragam dan tergantung pada banyak variabel. Sebagai
contoh, erosi yang
terjadi pada batuan yang lebih keras atau lebih tahan erosi seperti
granit akan menghasilkan lebih sedikit endapan
dibandingkan dengan erosi yang
terjadi pada batuan yang lebih lunak seperti batulanau untuk periode waktu
paparan yang sama. Erosi juga
bergantung pada kondisi cuaca dan kondisi lingkungan sekitar. Gelombang yang
menghantam singkapan batupasir akan
menggerus partikel lebih cepat dibandingkan dengan aliran air sungai dengan
kecepatan sedang yang menggerus batuan yang sama.
Erosi sering disebut juga pengikisan.
Erosi adalah proses pengikisan terhadap batuan yang dilakukan oleh air, angin,
atau gletser. Air hujan bisa mengikis permukaan tanah terutama yang gundul.
Tanah itu bersama air mengalir ke sungai. Air sungai juga dapat mengikis tepi
atau bagian dasar sungai. Akibat pengikisan pada tepi sungai menyebabkan sungai
menjadi berkelok-kelok dan melebar. Sedangkan pengikisan ke dasar sungai bisa
menyebabkan sungai bertambah dalam. Air laut juga bisa menyebabkan erosi.
Apabila Anda perhatikan di sekitar pantai, ombak atau gelombang laut selalu
menerjang tepi pantai, mengikis sedikit demi sedikit tepi pantai. Pengikisan
batuan oleh air laut itu disebut abrasi. Jika air atau gelombang yang mengikis
batuan itu membawa material pasir atau batu kecil, maka tenaga pengikisannya
akan bertambah kuat.
Angin bisa
menyebabkan terkikisnya batuan. Angin dengan hembusannya disertai dengan
material yang diangkutnya di daerah gurun menabrak gunung-gunung batu, sehingga
bisa berubah menjadi patung-patung alam. Pengikisan batuan oleh angin ini
disebut korasi.
Jadi Erosi merupakan peristiwa alam
yang terjadi di permukaan bumi. Penyebab terjadinya erosi ada beberapa hal
antara lain karena gerakan angin, dan gerakan air. Jika tidak dicegah erosi
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Ada beberapa tindakan yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi.
Gletser
adalah es yang mengalir secara lambat. Gletser ini juga bisa menjadi
pengikisan. Gletser dengan kemampuan mengikisnya (erosi glacial) dapat merubah
palung sungai berbentuk V menjadi berbentuk U.
Sedimentasi
Sedimentasi merupakan batuan
hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air,
angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan
halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang
lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan
material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya.
Di padang pasir misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan
berpindah ke tempat lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi
memiliki daya angkut besar.
Sedimentasi itu sendiri adalah
peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau
angin tadi. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke
sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya
berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air tadi. Karena itu
pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut.
Pengendapan yang terjadi di sungai
disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling,
batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan
endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau
pengaspalan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian
mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual.
Di danau juga bisa terjadi endapan
batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk delta, lapisan batu kerikil,
pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.
Bagaimana pengendapan terjadi di
darat? Misalnya guguk pasir di pantai berasal dari pasir yang terangkat ke
udara pada waktu ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup angin laut ke arah
darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya, guguk pasir
sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di
Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai
Parang Tritis Yogyakarta.
Sungai yang mengalir dengan membawa
berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut terjadi
proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil pengendapan di laut ini
disebut sedimen marin.
Faktor
Penyebab Terjadinya erosi
Banyaknya
erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan
intensitas hujan ( presipitasi ), rata-rata dan rentang suhu, begitu pula
musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen,
tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis
termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata
guna lahan oleh manusia.
Dampak
dari erosi
menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan
menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan
kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang
akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain
itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan
mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi
akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
Erosi
dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk
ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah
melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah,
semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara
serentak.
Banyaknya
erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan
intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim,
kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe
batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis
termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata
guna lahan ooleh manusia.
Umumnya,
dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih
terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada
area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area
dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau
batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air
meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan
yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. SEdimen yang
mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau
silt. Dampak sodium dalam atmosfir terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya
diperhatikan
Faktor
yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada
hutan yang tak terjamah, minerla tanah dilindungi oleh lapisan humus dan
lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak
tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus
dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang
disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah
dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan,
derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang
parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga
hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika
lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah
terhadap erosi meningkat tinggi.
Secara
khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain
menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase,
apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang
memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air
secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang
besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi
Cara menanggulangin Erosi diantaranya;
1.
Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir pantai,
maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau (mangrove).
Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir pantai adalah
pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah pantai disamping
dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi
kehidupan beraneka satwa. Contohnya ; akar pohon bakau atau api-api yang malang
melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan
berbagai jenis ikan.
Gambar erosi bibir pantai
1.
Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis.
Lahan-lahan
yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti
pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti dan lain-lain.
Untuk
daerah-daerah yang miring, pengolahan lahan dilakukan dengan sistem sengkedan
atau terassering. Pada setiap pematang yang ada di sawah sengkedan usahakan
ditanami tanam-tanaman keras seperti pohon kelapa, turi, munggur dan lain-lain.
Jenis tanaman keras seperti pohon kelapa disamping dapat dimanfaatkan kayu,
buah dan daunnya; akar-akarnya juga berfungsi untuk menahan pematang dari
bahaya longsor.
Gambar lahan-lahan kritis.
1. Menanami dengan tanaman penutup pada bukit-bukit
yang gundul.
|
2. Pada tebing-lebing yang miring atau curam ditanami
dengan tanam-tanaman keras.
|
3.
Menghutankan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS)
dengan tanam-tanaman keras.
|
4. Pengolahan lahan pertanian di lereng-lereng gunung
dan daerah-daerah miring dilakukan sccaia sengkedan
|
5. Menghutankan daerah pantai dengan tanaman bakau atau
api-api.
|
6.
Membangun bangunan-bangunan pemecah ombak pada
pantai-pantai yang bertebing curam.
|
C. Pelapukan
Pelapukan
atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena
pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan
adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga
macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1. Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering
disebut pelapukan fisik adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat
pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang
sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya bagaimana perubahan
itu, perhatikan baik-baik berikut ini:
- Akibat pemuaian
Tahukah Anda bahwa batuan ternyata tidak homogen, terdiri dari berbagai mineral, dan mempunyai koefisien pemuaian yang berlainan. Oleh karena itu dalam sebuah batu pemuaiannya akan berbeda, bisa cepat atau lambat. Pemanasan matahari akan terjadi peretakan batuan sebagai akibat perbedaan kecepatan dan koefisien pemuaian tersebut. - Akibat pembekuan air
Batuan bisa pecah/hancur akibat pembekuan air yang terdapat di dalam batuan. Misalnya di daerah sedang atau daerah batas salju, pada musim panas, air bisa masuk ke pori-pori batuan. Pada musim dingin atau malam hari air di pori-pori batuan itu menjadi es. Karena menjadi es, volume menjadi besar, akibatnya batuan menjadi pecah. - Akibat perubahan suhu tiba-tiba
Kondisi ini biasanya terjadi di daerah gurun. Ketika ada hujan di siang hari menyebabkan suhu batuan mengalami penurunan dengan tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan hancurnya batuan. - Perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam
Penghancuran batuan terjadi akibat perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Pada siang hari suhu sangat panas sehingga batuan mengembang. Sedangkan pada malam hari temperatur turun sangat rendah (dingin). Penurunan temperatur yang sangat cepat itu menyebabkan batuan menjadi retak-retak dan akhirnya pecah, dan akhirnya hancur berkeping-keping. Pelapukan seperti ini Anda bisa perhatikan di daerah gurun. Di daerah Timur Tengah (Arab) temperatur siang hari bisa mencapai 60 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari turun drastis dan bisa mencapai 2 derajat Celcius. Atau pada saat turun hujan, terjadi penurunan suhu, yang menyebabkan batuan menjadi pecah.
2.
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan
yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air,
terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah
selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung
tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur
atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air
hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu
ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah
karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit,
tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
- Karren
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang disebut karren. - PonorPonor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur yang relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dolin dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti corong. Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi karena runtuhnyaatap .gua kapur (perhatikan gambar)
Langganan:
Postingan (Atom)